22.12.08

(13) Sore di Lund Swedia

Menurut cerita teman-temanku, keliling Lund bukan perkara sulit. Asal tiket bis ada ditangan, kemana-mana jadi mudah. Kalo kita dari Asia, keliling Lund serasa seperti berada di masa lampau, Suasananya seperti di film-film Drakula gitu..... Atmosfernya emang rada gelap artinya hampir semua bangunan bercat warna gelap, (meski dominan warna merah) sehingga kesan yang muncul adalah agak suram. Tapi jangan salah, Lund asyik buat jalan-jalan. Tapi meski begitu, kota kecil ini indah karena arsitektur bangunan tuanya. Lund sendiri besarnya kurang lebih sebesar UK,……..haaaahhh!!!! UK kan gede. Tunggu dulu, maksud aku, UK itu United Klaten (baca :yunaitet kleyten) hihihi……..

Sore itu aku berniat mau jalan-jalan ke kota. Aku sebelumnya uda janjian ma temenku yang dari Bangladesh, namanya Md Montasir Rahman, tapi dia minta dipanggil GORA. Dia adalah seorang staf NGO di Bangladesh yang hobby fotografi. Kemudian kita naik bis ke kota, karena kebetulan hotel tempat kita menginap –First Hotel Planetstaden- letaknya agak ke pinggir, meskipun ya…… gak pinggir-pinggir amat sih...!!! Kita ke kota tujuan kita hanya satu. Hunting Foto.

LUND University
OK, sebelum aku bercerita tentang Lund, secara keseluruhan , terlebih dulu aku akan bercerita tentang Lund University (sdikit aja), tempatku “kuliah” selama 1 bulan. Hihihi ( 1 bulan kok disebut “kuliah”, itu mah, “bimbingan belajar…….”)
Universitas Lund (bahasa Swedia: Lunds universitet) atau Regia Academia Carolina (Akademi Karolinska Kerajaan) atau Universitas Gothorum Carolina ialah universitas Swedia dan lembaga pendidikan serta tempat penelitian terbesar di Skandinavia, yang terletak di Lund di bagian paling selatan Swedia. Universitas ini didirikan pada tahun 1666 dan merupakan universitas tertua kedua di Swedia. Universitas Lund memiliki tujuh fakultas, dengan beberapa kampus tambahan di Malmö dan Helsingborg, dengan 42.500 mahasiswa dalam 50 program studi dan 800 mata kuliah.

LUND, city of ideas
Sedangkan Lund, adalah sebuah kota setingkat kotamadya. Luasnya cuma 24,99 km2 atau 25 km2 ajah,….biar enak bacanya. Jumlah penduduk tetapnya (karena lebih banyak yang tidak tetap) yaitu 76.188 jiwa, jadi kepadatannya hanya 3.049 jiwa/km2. Menurut sejarah yang aku baca dari hasil googling, Lund didirikan tahun 990. Ya…aku tidak salah nulis,….emang tahun 990. Busyet……!!!! Lebih tua dari perang Diponegoro. Lebih tua juga dari sejarah wali songo yang abad 17. Lund hanya lebih muda 70 tahun dari candi Borubudur. Artinya nenek moyang Lund masih satu angkatan dengan dinasti Syailendra.

Botulfsplatsen, terminal bis terkecil didunia
Aku dengan Gora naik bis yang aku cegat dari depan Hotel. Tiba di Botulfsplatsen kira-kira cuman 5 menit naik bis dari hotel. Botulfsplatsen adalah seperti tempat ngetem bis-bis dari segala arah, karena semua bis kota di Lund semuanya pasti mampir disitu. Letak Botulfsplatsen memang betul-betul ditengah kota. Rame sekali. Botulfsplatsen sebenernya disebut terminal bus menurut peta resmi Lund, tapi menurutku lebih tepatnya tempat ngetem bus. Kalo dibilang terminal, terlalu keciiiiiiiiiiiiil. Cuma ada 4 halte yang ada disitu. Meski disebut terminal jangan harap ada pedagang asongan yang naik turun bus sambil bengak-bengok menjajakan dagangannya. Atau banyak preman bertatto berkeliaran, sambil malak'in penumpang culun. Semuanya bersih tidak tampak aktivitas yang ruwet seperti terminal di Indonesia. Disudut terminal ada semacam kantor informasi turis. Tapi selama aku di Lund gak nampak aktivitas petugas disitu yang tampak melayani turis. Ya emang Lund amat kecil. Gak perlu nanya, kalo nyasar paling ketemunya ya tempat itu-itu saja, saking kecilnya. Dari tempat itu kita bisa kemana-mana hanya dengan jalan kaki saja. Aku dan Gora memutuskan untuk turun disini. Karena tidak jauh dari sini, terdapat Krognoshuset atau Liberiet ( atau bahasa inggrisnya Library = perpustakaan)

Krognoshuset, liberiet
Liberiet atau Krognoshuset, kalo diterjemahkan dalam bahasa Inggris artinya rumah keluarga Krognos. (huset = house). Dibangun sekitar abad 15. Sekarang bangunan itu berubah fungsi jadi Café. Aku dan Gora nyampe Café tersebut, Gora langsung jepret-jepret. Aku tidak tahu apa nama cafe itu, tapi yang jelas ada tulisan AURA yang ditulis secara vertical. Café tua itu kecil sekali untuk ukuran cafe. Ukurannya kira-kira hanya 4x8m dan tinggi sekitar 12 m. Terbuat dari bata yang sengaja diekspos sehingga kelihatan betul rustic-nya. Konon kabarnya bangunan itu, dulunya dimiliki oleh keluarga Krognos, keluarga Swedia, pernah juga menjadi kantor pemerintahan King Charles XII, Pernah menjadi Gallery, pernah jadi liberiet/perpustakaan dan sekarang menjadi Café. Posisinya diperempatan bersebelahan dengan Komsum sebuah Supermarket di Lund. Meskipun sangat tua, tapi caffe ini terawat betul. Sayang aku gak bisa masuk. Lagi tutup !!!!

Tas Kresek beli terpisah di Konsum
Dari café itu aku ke Konsum. Sebenernya aku sendiri tidak terlalu yakin nama supermarket itu. Ada banyak tulisan diatas bangunan supermarket itu, yang mana yang nama supermarket, yang mana yang iklan, aku tidak tahu. Swedia sendiri, -seperti kebanyakan negara maju di Eropa, termasuk negara yang sangat enggan menuliskan petunjuk dalam bahasa Inggris-, Gengsi kali yeee!!!! Karena memang mereka punya bahasa sendiri. Meskipun penduduknya bisa berbahasa Inggris dengan baik. Hampir semua produk yang dijual disupermarket, semua kemasannya dalam bahasa Swedia. Bahasa Swedia sendiri menurutku agak susah dimengerti (karena emang belum belajar kali ya…). Jadi kalo kita mengira-ngira artinya harus punya kamus sendiri. Ada beberapa yang mirip bahasa inggris, tapi yang beda sama sekali lebih banyak. Misalnya, Sunday = Sondag, Monday = Mandag, Tuesday = Tisdag, Thursday = Torsdag, Friday = Fredag. Itu yang mirip, yang beda sama sekali seperti Wednesday = Onsdag, Saturday = Lordag. Jadi kalo jalan-jalan ke Swedia, siap-siap sering tanya penduduk setempat deh biar gak tersesat. Orang Swedia sendiri sebenarnya tipikal orang yang “dingin”. Jadi Swedia gak cuman cuacanya yang dingin tapi juga orangnya hehehe. Istilah kita, “cuek abis”. Makanya kalo ada cewek cakep kita pelototin sampe abis, Jangan khawatir kena gampar, gak ngaruh sama sekali. Tapi jangan salah, mereka akan sangat sopan kalo kita sebagai pendatang mampu menunjukan kesopanan dalam beretika, mereka akan sangat respect sama kita. Jadi kalo kita nanya mereka baik-baik, sambil senyum mareka akan sangat mau buat menunjukkan arah yang kita maksud.

Kembali ke topic, seperti yang aku sebutkan tadi Konsum adalah sebuah supermarket. Meski disebut supermarket tapi gak gede-gede amat. Kalo dibandingin sama supermarket di Indonesia, Konsum kecil sekali. Di Lund ada 2 supermarket yang aku ketahui yaitu Konsum sedang yang satunya Nova Lund yang letaknya jauh dipinggir Lund. Tidak ada yang istimewa dari Konsum karena ya seperti supermarket-supermaket lain di dunia laen. Hanya satu yang menurutku aneh. Kalo kita beli barang-barang dari Konsum, tas kreseknya kita juga musti beli. Lumayan mahal untuk harga sebuah tas kresek plastic tipis. 1,5 SEK, atau Rp. 2.250,-. Kalo di Indonesia mah, gratis tis tis. Kecuali di Makro, biasanya juga gak ngasih tas kresek. Musti bawa tas sendiri. Tapi aku pikir ada benernya juga kalo tas kresek plastic dijual terpisah artinya tidak diberikan gratis. Sebab hal ini akan membuat pembeli membawa tas sendiri dari rumah. Nah, hal ini pasti lambat laun akan mengurangi jumlah sampah plastic yang sampe sekarang masih merupakan masalah lingkungan yang cukup penting karena karakter plastic yang susah diurai oleh senyawa tanah.

Konsum,sendiri ada yang bilang Martenstorget, dikelilingi oleh bangunan-bangunan tua yang masih sangat terawat. Biasanya bangunan-bangunan itu adalah toko-toko yang menjual beraneka macam kebutuhan mulai dari pernik-pernik computer, rental film, butik baju, restoran siap saji dan laen-laen. Didepan Konsum ada sebuah ruang terbuka yang sangat luas. Sehari-hari dipake buat parkir mobil. Tapi kalo hari sabtu biasanya dipake buat tempat Open Air Market. Open Air market adalah pasar dadakan, atau pasar kagetlah kalo istilah kita. Biasanya tiap sabtu. Harga-harganya agak miring dibanding kalo beli di Konsum. Yang dijual mulai dari buah-buahan sampai souvenir-souvenir kecil.

LUND Cathedral, bangunan berumur 1000 tahun
Dari Konsum aku meneruskan hunting, masih bersama Gora, ke Lund Cathedral. Cathedral inilah yang mungkin menjadi tetenger sejarah Lund. Dibangun sekitar permulaan tahun 1100. Catedral ini bangunannya bergaya Romanesque. Terbuat dari batu alam yang boleh jadi sangat rapi untuk ukuran bangunan berumur hampir seribu tahun. Karena pengaruh cuaca batu-batu tersebut agak kusam dan sepertinya memang sulit dihindari. Aku sama Gora masuk ke Cathedral itu. Meskipun aku sama Gora muslim, tapi hampir setiap berkunjung ke Negara lain, pasti yang dikunjungi gereja. Didalam Cathedral, sangat temaram. Kebetulan saat kami masuk, Cathedral sedang ada servis. Aku memberanikan diri motret-motret didalam Cathedral, meskipun tanpa blitz, supaya tidak mengganggu kekhusukan yang sedang beribadah. Baru beberapa kali jepretan, ada petugas gereja yang masih muda, memperingatkan kami supaya keluar Cathedral karena mereka sedang ada Service. Kami pun keluar Cathedral dan motret-motret eksterior Katedral.

LUND C, stasiun kereta
Ketika keluar Kathedral, kami bertemu dengan teman kami yang lain yaitu Njuguna dari Kenya dan Sintayehu Tola dari Ethiopia. Akhirnya kami jalan berempat. Kami kemudian berjalan kearah Lund C. Stasiun kereta satu-satunya di Lund. Tempat kami semua peserta Manajemen Konsevasi bangunan bersejarah tiba pertama kali di Lund. Dalam setiap perjalanan kami, jika menemui sesuatu yang unik langsung kita potret.

Sampai di depan Lund C, sore itu cukup ramai. Rata-rata anak muda. Dan jangan salah sebagaian besar mereka bukan penduduk setempat. Jadi jika kita tanyai arah, seringnya mereka akan akan menjawab sambil tersenyum, “I’m sorry, I don’t know. I’m not from Lund”. Menurut cerita temenku yang sudah lama disini, Lund kalo musim panas atau musim liburan, kayak kota mati. Gak ada orang. Mudik semua. Jadi dapat dikatakan memang Lund adalah kota international, karena keberadaan Universitas Lund. Universitas ini selalu rajin mengadakan pertemuan-pertemuan international bagi para professional dibidangnya masing-masing. Jadi kalo kita berjalan-jalan, banyak kita temui bahasa-bahasa aneh selain Swedia tentunya. Maklum kota pelajar.

Tapi waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Langit masih cerah hanya angin dingin masih mampu menembus jaket. Keramaian lambat laun tapi pasti mulai sepi. Kemudian kami berniat pulang. Karena ternyata orang-orang Lund tidak terlalu suka aktivitas di malam hari. Banyak toko-toko yang mulai tutup. Langkah kami ayunkan kearah terminal Botulfsplatsen. Tapi sebelumnya kami mau cari makan dulu. Aku dan Gora beli burger ke Mcdonald sedangkan Njuguna dan Tolla beli Kebab. Aku bawa makanan itu pulang, sdangkan burger Gora langsung dimakan disitu. Njuguna dan Tolla juga dibawa pulang. Ada satu hal yang menjadi peraturan public di Lund. Jangan pernah coba-coba makan makanan didalam Bis. Bakal kena damprat sopir bis habis-habisan. Setelah se-sore-an jalan-jalan di central Lund, akhirnya kita pulang, dengan naik bis.

Home I Portfolio I Jasa I Konsultasi I Arsitektur I Interior I Lansekap I Tips I Perabot I Perkakas I Jalan-Jalan I Hobi I Kontak I Copyrights @2009-2013 Rudy Dewanto Template by x-template