29.6.12

PENGALAMAN BEKERJA DI GURUN 55 DERAJAT

Saya kadang-kadang suka heran jika membaca status teman-teman saya di Facebook. Apalagi kalo sedang musim panas, pasti hampir semua menulis ‘keluhan’ yang mempunyai makna ‘kepanasan’. Contohnya,...”lagi kepanasan,......” atau ”gak jadi maen, diluar panas” atau “ didalam panas diluar apalagi,..wuih!” atau yang lebih extrem ”aduh panasnya hari ini, kayaknya neraka bocor deh”. Itu baru yang nulis distatus, belum yang secara verbal mengeluh kepanasan kalo melakukan aktivitas diluar.
Kenapa saya heran,......karena suhu panas rata-rata di Indonesia hanya 32 derajat celcius. Memang 32 derajat adalah suhu yang tidak nyaman untuk melakukan aktivitas luar ruang. Tetapi perlu diketahui bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mempertahankan keadaan normal tubuh (mempunyai kemampuan untuk beradaptasi). Kapasitas untuk beradaptasi inilah yang membuat manusia mudah untuk mentolerir kekurangan atau kelebihan panas secara temporer yang berjumlah ratusan kilo kalori pada seluruh tubuh. Dengan kata lain, tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi maupun penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang membebaninya. Tetapi, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh. Suhu konstan dengan sedikit fluktuasi adalah sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian dalam perut yang disebut dengan suhu tubuh (Sutalaksana, 1979). Artinya jika kita masih berada di suhu 32 derajat, itu artinya bukanlah sesuatu yang ‘perlu dikeluhkan”.

Mungkin ada yang beranggapan, kalo saya menganggap “status-status” itu, terlalu serius. Tapi ada hal yang ingin saya bagi disini adalah, bahwa dibelahan bumi lain, ada yang mendapatkan suhu luar yang jauuuuuuh lebih extrem daripada di Indonesia. Saya menulis tulisan ini karena saya mengalami sendiri kondisi tersebut. Mulai bulan Maret 2012, saya harus bekerja ditengah gurun. Sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Sekedar share saja, akhir tahun 2011 saya masih bekerja dikawasan segitiga emas Jakarta dikawasan Rasuna Said Jakarta. Saya bekerja digedung ber-AC dengan semua fasilitas yang nyaman, akses kemana-mana mudah dan segala hal yang saya inginkan dengan mudah saya dapatkan. Tetapi tiba-tiba kemudian saya harus bekerja di Qatar ditengah gurun yang (tentu saja) gersang, kering, puuuuuaaaanas dan sepi.

Project yang saya kerjakan adalah Doha North Sewerage Water Treatment yang berada di tengah gurun di Umm Slal, Qatar. Project ini sangat luas karena site-nya berukuran 4 km x 4 km dan akan dibangun fasilitas pengolahan air untuk negara Qatar. Tidak hanya bangunan pengolahan air yang dikerjakan disini tapi juga Landscape semacam ecopark yang luar biasa luasnya.

Puncak musim panas tahun 2012 jatuh pada akhir bulan juni dan awal bulan juli. Suhu tertinggi tahun lalu mencapai 55 derajat Celcius. Tahun ini kurang dan lebihnya sama. Mulai bulan Mei sebenarnya suhu sudah sangat panas karena mulai dari 41 derajat. Bisa dibayangkan selama 4 bulan (Mei, Juni, Juli, Agustus) suhu selalu diatas 40 derajat, sesuatu yang jarang (atau bahkan tidak pernah terjadi) di Indonesia.

Ingin tahu rasanya berada dibawah terik matahari dengan suhu antara 40-55 derajat ? pernahkah sekolah anda mengadakan perkemahan dan mengadakan acara api unggun. Rasakan panasnya jika anda hanya berjarak 50 cm dari api unggun tersebut maka anda akan merasakan sama panasnya yang saya terima disini selama 4 bulan itu.

Tempat sayabekerja tentunya berada dilokasi tersebut, ditengah gurun panas yang luar biasa keringnya. Masih untung saya sebagai arsitek tidak selalu disuruh kelayapan inspeksi lapangan. Saya masih beruntung tugas saya lebih banyak didalam ruangan dari pada dilapangan. Tapi saya tetap harus keluar untuk sekedar menengok proggres atau untuk melakukan sholat Dhuhur dan Ashar di masjid yang didirikan secara portable 100 meter dari tempat saya bekerja.

Meskipun jarak masjid hanya 100 meter, tapi melangkahkan kaki ke masjid dibawah terik matahari bersuhu 40-55 derajat celcius bukanlah perkara mudah, dibutuhkan niat bulat plus tekat membara. Kalo niatnya tidak kuat, saya yakin pasti 2 sholat itu banyak bolongnya. Cobaan akan dimulai dari membuka pintu keluar. Begitu buka pintu,..langsung mak nyooos!!!!,...muka seperti terpapar radiasi nuklir (lebay). Sekali lagi kalo niat gak kuat, pasti balik kanan, tutup pintu, ngadem diruang ber AC saja.

Cobaan kedua, ketika berjalan menuju masjid. Tidak hanya panas yang saya terima tapi anginnya bikin kulit tambah tersiksa. Kalo diindonesia masih mending. Sepanas apapun, ... anginnya masih bikin sedikit mengurangi panas. Disini berbeda, anginnya juga cukup mengganggu karena turut “menghantarkan panas tambahan” ke kulit kita.

Cobaan ketiga, sudah kena panas, ditambah angin panas, masih ditambah lagi debu pasir. Angin tidak saja mengantarkan panas tapi angin juga menerbangkan pasir yang sangat lembut. Digurun ini pasir bisa sangat lembut. Kalo pernah lihat jam pasir, maka selembut itulah pasir yang ada disini. Dan kalo kita tidak menggunakan penutup muka, maka muka kita akan dihinggapi bedak gratisan dari pasir gurun. Disini sering terjadi sandstrom atau badai pasir. Pernah lihat film Mission Imposible : Ghost protocol, nah seperti itulah badai pasir itu meskipun tidak se ekstrem yang digambarkan dalam film tersebut tapi sandstrom mempunyai dampak yang sama seperti kabut. Jarak pandang kita hanya sampai 5 meter saja.

Cobaan keempat adalah, intensitas cahaya yang sangat terang. Hal ini mengakibatkan mata kita bisa sangat silau jika tidak menggunakan kacamata hitam. Jadi semua pekerja mulai dari project manager, project direktor sampai tukang pasang keramik, kemana-mana menggunakan kacamata hitam. Bukan buat gaya, tapi memang kacamata hitam adalah salah satu alat perlengkapan yang harus dipakai oleh seluruh pekerja yang bekerja disini. Kacamatanya agak spesial karena kacamata ini juga menutup bagian samping mata.

Cobaan kelima adalah Air wudhu bisa sangat panas sekali. Karena water tank yang ditempatkan diluar akan terpapar sinar matahari sepanjang hari. Bayangkan water tangk itu seperti panci besar yang sedang merebus air. Jadi saya seperti wudhu dengan air rebus. Pernah suatu hari saya hampir tidak bisa wudhu karena airnya sangat panas sekali. Akhirnya wudhunya dikit-dikit airnya yang penting semua rukunnya terpenuhi.

Itu baru satu contoh kecil, betapa beratnya bekerja ditengan iklim yang ekstrem seperti itu. Anda akan geli jika melihat pekerja kemana-mana bawa tempat minum persis kayak anak TK berangkat sekolah. Seperti kacamata, tempat minum juga merupakan sebuah “perlengkapan tempur” bekerja digurun. Karena setiap 15 menit, anda harus minum jika berada digurun, kalo tidak maka dapat dipastikan anda akan jatuh pingsan. Belum lagi baju yang kita gunakan juga harus bisa menutup hampir selur badan kita. Ya mirip penyamun gitu. Baju yang saya pakai keluar ruangan selalu berasa baju yang habis disetrika langsung pake...panas. Bahkan saya punya pengalaman menjemur cucian pakaian dibawah terik panas seperti ini, 15 menit langsung kering, gak perlu dryer.

Jadi inti dari cerita saya ini, buat teman-teman saya yang suka mengeluh “kepanasan” berhentilah mengeluh. 32 derajat mah lewat kalo dibandingan sama 55 derajat (Hampir 2 kali lipatnya). Indonesia masih merupakan negara yang hangat. Tidak dingin juga tidak panas. Di Middle east anda akan sangat kepanasan, dieropa anda akan sangat kedinginan. Bersyukurlan Indonesia masih dikaruniai iklim yang sesuai dengan tubuh manusia sepanjang tahun. Bersyukurlah anda masih bisa melihat yang hijau-hijau, pohon yang rindang, cicit burung, dan embun pagi. Di Middle east jangan harap anda akan menemukan itu semua. Bersyukulah kita orang indonesia tinggal diatas tanah yang subur. Tanam pohon, sekali tancap, hidup sendiri. Kalo di Qatar, jangan harap itu terjadi, karena mereka tinggal diatas batu dan pasir. Hampir semua struktur tanah di adalah batu. Bersyukurlah Orang indonesia masih bisa mengcangkul tanah, di Qatar cangkul nggak laku. Semua pekerjaan menggali tanah dilakukan oleh alat berat.

Sekian cerita dari saya, sekali lagi syukurilah “panas” yang kita dapat ditanah Indonesia. Itu bukan “panas”,.....itu “HANGAT”. Sekali lagi,.......HANGAT!
DOHA
29 Juni 2012

Home I Portfolio I Jasa I Konsultasi I Arsitektur I Interior I Lansekap I Tips I Perabot I Perkakas I Jalan-Jalan I Hobi I Kontak I Copyrights @2009-2013 Rudy Dewanto Template by x-template